Buku Cerita Pukizz :)

Catatan si Gadis Indigo ...

Untukmu seseorang yang sudah membuat tembok penghalang bagi ku
1 perkataanmu menghancurkan semua impianku
Padahal siapa kamu?? Keluargaku pun bukan
Hanya orang luar yang tidak mengerti tentang kehidupanku

Semua terasa aku bagai sebuah mobil yang harus menurut disetir kemanapun
Aku punya impian ..
Yang saat tulisan ini dibuat pun aku belum bisa mencapainya
Semua impianku sudah aku harapkan
Lalu tiba tiba kamu datang, masuk dan ikut campur urusan keluargaku
Mulutmu mengatakan sesuatu yang membuatku semakin seperti seekor burung yang hidup dalam sangkar

Semuanya hilang .. aku dipaksa harus melakukan sesuatu yang sama sekali bukan keinginanku
Aku mengalah hanya agar orang lain senang
Terima kasih atas perkataanmu
Terima kasih sudah menghalangi impianku

Aku hanya ingin berpesan ..
Jangan kau lakukan hal yang sama dengan keluarga lain
Karena semua anak memiliki impian
Dan akan sangat menyakitkan jika lidahmu menghalangi impian mereka

Ada saatnya kamu harus membiarkan air matamu jatuh tanpa kamu harus menyekanya .. 
Karena akan ada kesedihan .. emosi .. yang akan tumpah bersamaan dengan tangisanmu ..
Setelah semuanya selesai .. kamu akan menghapus air matamu .. 
Mencoba tersenyum .. dan harus berpura pura bahwa semuanya baik - baik saja 

Sama seperti itu .. yang biasa aku lakukan .. silent is gold ..
Karena ketika kamu bicara .. tidak akan pernah ada gunanya .. 
Pada akhirnya apa yg kamu katakan .. seolah menjadi sesuatu kesalahan yg paling fatal yg pernah kamu lakukan .. sekali bicara mengapa kamu menangis .. akar kesalahan itu akan kembali ke kamu .. "tangisanmu itu karena kesalahanmu sendiri, mengapa kau jadikan senjata untuk melawanku?!"

Jadi, sekali lagi .. diam itu emas .. tidak peduli seberapa lama kamu bisa bertahan untuk diam .. harus selalu mengerti dengan keadaan sekitar .. tanpa ada seorang pun yang mau mengerti apa yang sebenarnya kamu mau ..
Dan ketika kamu sudah tidak kuat .. kamu hanya bisa mengeluarkannya lewat tangisan .. tangisan tanpa suara .. tentunya hanya bisa dilakukan saat kamu sendirian .. tidak boleh ada seorang pun yang melihatmu menangis ..

Sakit kah itu?? Ya jelas .. menangis dalam diam .. bahkan ketika menangis harus bertahan untuk tidak mengeluarkan suara .. 
Tapi sekali lagi .. kamu harus berpura pura bahwa semuanya baik baik saja .. 
Bersabarlah .. akan ada waktunya nanti air mata kesedihanmu .. akan berubah menjadi kebahagiaan ..

malam ini kutulis sebaris aksara
untuk mengiringi kepergianmu
ke suatu negeri yg masih asing bagimu

aku melepasmu ... aku rela berkorban untuk saat ini ...
itu semua demi kebaikanmu ...
suatu saat nanti ...
aku percaya kamu pasti akan kembali
untuk mengikatkan 2 hati menjadi 1

tapi ...
masih adakah harapan
untuk bisa bersanding di sisimu nanti
adakah namamu tertulis di hari penciptaanku

aku ingin berharap
tapi aku takut untuk memiliki pengharapan itu
sebab aku ini hanya seorang perempuan
yang hanya bisa menunggu
dan bukan untuk mendahului

Alkisah, ada seorang bangsawan kaya raya yang tinggal di sebuah daerah padang rumput yang luas. Suatu hari, karena ternak yang dipunyainya semakin banyak, sang bangsawan memilih 2 orang anak muda dari keluarga yang miskin untuk dipekerjakan. Yang berbadan tinggi dan tegap dipekerjakan sebagai pengurus kuda. Sedangkan yang berbadan kurus dan lebih kecil dipekerjakan sebagai pengurus ternak kambingnya.
Setelah beberapa saat, si badan tegap dengan arogan berkata kepada si badan kecil:

 "Hai sobat. Aku lebih besar badannya dari badanmu. Aku juga lebih tua darimu. Mulai besok, kita bertukar tempat. Aku memilih untuk mengurus kambing. Dan kamu menggantikan aku mengurus kuda. Awas kalau tidak mau! Dan awas ya, jangan laporkan masalah ini ke tuan kita! Kalau kamu berani lapor atau menolak, tahu sendiri akibatnya! Aku habisi badan kecilmu itu!"
Sore hari, dengan muka murung dan langkah gontai dia pulang ke rumah. Sesampai di rumah, melihat muka murung dan kegalauan anaknya, si ibu bertanya: "Nak, ada apa? Ada masalah apa? Coba ceritakan ke ibu". Dengan kasih sayang dan kelembutan, mereka berbincang saat makan malam.

Si anak pun menceritakan peristiwa yang tadi terjadi. Dengan bersungut-sungut si anak melanjutkan: "Sungguh tidak adil kan, Bu. Dia mengancam dan memaksa aku untuk mengurus kuda-kuda liar. Dia yang berbadan besar memilih mengurus kambing. Badanku kecil begini, bagaimana aku bisa mengejar-ngejar kuda yang begitu besar. Aduuuh Bu...sungguh jelek nasibku."
Sambil menunduk lesu dia menghabiskan santap malamnya. Si ibu dengan senyum bijak berkata, "Nak. Semua masalah pasti ada hikmahnya. Syukuri, hadapi, dan terima dengan besar hati. Tidak usah memusuhi dan membenci temanmu itu. Ibu percaya, semua kesulitan yang akan kamu hadapi, jika kamu mampu belajar dan kerja keras, pasti akan membuatmu menjadi kuat dan bermanfaat untuk masa depanmu."
Sejak saat itu, si anak kurus itu dengan susah payah setiap hari bergelut dengan pekerjaan mengurus kuda-kuda yang bertubuh tegap, besar, dan masih liar. Dia harus jatuh bangun mengejar mereka, kadang terkena tendangan, bahkan pernah terinjak hingga terluka parah. Dari hari ke hari keahlian dan kemampuannya menguasai kuda-kuda pun semakin membaik. Tidak terasa, tubuhnya pun berkembang menjadi tinggi, tegap dan perkasa.
Hingga suatu hari, terjadi pecah perang antarnegara. Kerajaan membutuhkan prajurit pasukan berkuda. Dan si pemuda pun terpilih sebagai pemimpin pasukan berkuda karena kepiawaiannya mengendalikan kuda-kuda.
Di kemudian hari, si pemuda berhasil memimpin dan memenangkan perang yang dipercayakan kepadanya dan dikenal banyak orang karena kebesaran namanya. Dia adalah pemimpin bangsa mongol yang tersohor, bernama: Genghis Khan
Sahabat yang berbahagia, Dalam putaran kehidupan sering kali kita dihadapkan pada keadaan yang sepertinya membuat kita dirugikan, menderita, dan kita pun tidak berdaya kecuali harus menerimanya. Kalau kita larut dalam kekecewaan, marah, emosi, pasti kita sendiri yang akan bertambah menderita.
Lebih baik kita anggap ketidaknyamanan sebagai latihan mental dan kesabaran. Mari berjiwa besar dengan tetap melakukan aktivitas yang positif, sehingga sampai suatu nanti pasti perubahan lebih baik, lebih luar biasa akan kita nikmati!
Salam sukses, Luar Biasa!
Andrie Wongso

Santai, itu kesan pertama yang tertangkap dari sosok Muryanto (52), petani tembakau dari Temanggung. Sesekali senyum lebar diikuti tawa renyah menghias ruang tamunya yang berukuran sedang itu. Ceritanya asyik. Sekaligus menyentak.

Siapa menyangka, di balik penampilannya yang sederhana itu, Muryanto adalah salah seorang petani tembakau yang berhasil. Dibantu beberapa orang pekerja, ia menggarap sawah seluas kurang lebih lima ribu meter persegi untuk ditanami tembakau dan padi sebagai selingan.


TERGIUR
Muryanto mulai bertanam tembakau sejak tahun 1989. Awalnya tergiur. Tembakau menjanjikan banyak sekali keuntungan. Proses pemeliharaannya lebih mudah. Hasilnya pun lebih keliatan. “Apalagi sekarang. Sepanjang sejarah, baru kali ini saya merasakan nilai tembakau yang sangat tinggi. Bagaimana tidak fanatik,” ujarnya berkelit saat ditanya soal kontroversi tanaman ini.


Temanggung memang gudangnya tembakau. Iklimnya sangat cocok. Meski pihak pemerintah, maupun yang lain, pernah menyarankan agar petani Temanggung mencoba mengusahakan tanaman lain, apa boleh buat, namanya orang hidup, kebutuhan lebih berbicara.

“Di sini, semuanya dikerjakan bersamasama dengan tetangga. Kita saling berbagi. Misalnya saya punya lahan setengah hektar, ditanami tanaman tertentu, hasilnya tidak seberapa. Coba tanam tembakau, di musim seperti ini hasilnya sangat lumayan,” aku Muryanto.

Saat musim menanam, sehari-hari Muryanto menghabiskan waktunya di sawah. Bersama beberapa orang pekerja, ia menjaga tanamannya itu dengan teliti. Kurang lebih empat bulan kemudian, tembakau sudah siap dipanen.

ILMU KIRA-KIRA Muryanto melambaikan tangannya dengan ramah kepada seorang pengendara motor yang lewat. Sembari berjalan menuju tempat pemotongan daun tembakau tidak jauh dari rumahnya, ia terus bercerita. Menurutnya, untuk menggaji para pekerja yang membantunya, ia lebih suka menggunakan ilmu kira-kira. Berdasarkan niat tepa salira terhadap sesama. “Yang bantu tidak rugi, buat saya juga tidak terlalu mahal,” ujarnya.

Di tempat pemotongan, Sriyati, Ramini, Suryati, dan Sukarni, sedang asyik bercakap-cakap sambil terus memisahkan helai-helai daun tembakau. Meski tidak lagi muda, mereka tampak ceria dan bersemangat. Untuk pekerja yang membantu sehari-hari, Muryanto memberi 40 ribu perhari.

Tidak hanya sebagai petani, Muryanto juga jual beras. Caranya rada nyentrik. Konsumen yang ingin membeli beras bisa telpon langsung, lalu beras akan diantar sampai rumah. Kualitasnya terjamin karena Muryanto mengolahnya dari gabah.

“Saya bertekad untuk berbeda dari orang lain. Orang lain bisa tipu sana tipu sini, saya nggak begitu. Garansi pokoknya.”

Laki-laki tiga anak dan satu cucu ini adalah mantan majelis selama 21 tahun. Ia juga masih dijadwal untuk mengisi khotbah di gerejanya, GKJ Temanggung. Nilai-nilai hidup yang dipegangnya berpengaruh sangat kuat terhadap masyarakat sekitar. Termasuk soal bagaimana memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan ekonomi di negeri ini, yang lebih sering dikutuki ketimbang dipecahkan.

Sumber: Majalah Bahana, November 2011



Ingin pinjam uang di Bank dianggap gila , akhirnya jual cincin dan perhiasan yg dia punya buat modal bakul ikan..

Keputusannya keluar dari sekolah saat masih berusia 17 tahun sangat disesalkan oleh kedua orang tuanya. Namun, berkat keuletan dan kerja kerasnya, kini Susi Pudjiastuti memiliki 50 pesawat dan pabrik pengolahan ikan yang berkualitas untuk melayani kebutuhan ekspor.

Namanya Susi Pudjiastuti, Presiden Direktur PT ASI Pudjiastuti yang bergerak di bidang perikanan dan PT ASI Pudjiastuti Aviation yang merupakan operator penerbangan Susi Air. Rambutnya ikal kemerahan, suaranya serak-serak, namun pembawaannya supel.

Bukan hanya bahasa Inggris fasih yang keluar dari mulutnya saat berbincang dengan para pilotnya yang bule. Susi – panggilan akrabnya – juga menggunakan bahasa Sunda dan sesekali bahasa Jawa kepada pembantu-pembantunya.

“Saya suka belajar bahasa apa aja. Yang penting bisa buat marah dan memerintah. Sebab, dengan itu, saya bisa bekerja,” ujarnya sambil lantas tertawa.

Saat ini, wanita kelahiran Pangandaran, 15 Januari 1965 tersebut, memiliki 50 unit pesawat berbagai jenis. Di antaranya adalah Grand Caravan 208B, Piaggio Avanti II, Pilatus Porter, serta Diamond DA 42. Kebanyakan pesawat itu dioperasikan di luar Jawa seperti di Papua dan Kalimantan.

“Ada yang disewa. Namun, ada yang dioperasikan sendiri oleh Susi Air. Biasanya dipakai di daerah-daerah perbatasan oleh pemda atau swasta,” jelas wanita yang betis kanannya ditato gambar burung phoenix dengan ekor menjuntai itu.

Susi tak mematok harga sewa pesawat secara khusus. Sebab, hal itu bergantung pelayanan yang diminta pihak penyewa. Biaya sewanya pun bermacam-macam, tapi rata-rata antara USD 400 sampai USD 500 per jam.

“Kadang ada yang mau USD 600 sampai USD 700 per jam. Perusahaan minyak mau bayar USD 1.000 karena beda-beda level servis yang dituntut. Untuk keperluan terbang, semua piranti disediakan Susi Air. Pesawat, pilot, maupun bahan bakar. Jadi, itu harga nett mereka tinggal bayar,” tegasnya.

Bakat bisnis Susi terlihat sejak masih belia. Pendirian dan kemauannya yang keras tergambar jelas saat usia Susi menginjak 17 tahun. Dia memutuskan keluar dari sekolah ketika kelas II SMA. Tak mau hidup dengan cara nebeng orang tua, dia mencoba hidup mandiri. Tapi, kenyataan memang tak semudah yang dibayangkan.
“Cuma bawa ijazah SMP, kalau ngelamar kerja jadi apa saya. Saya nggak mau yang biasa-biasa saja,” ujarnya.

Kerja keras pun dilakoni Susi saat itu. Mulai dari berjualan baju, bed cover, hingga hasil-hasil bumi seperti cengkeh. Setiap hari, Susi harus berkeliling Kota Pangandaran menggunakan sepeda motor untuk memasarkan barang dagangannya. Hingga, dia menyadari bahwa potensi Pangandaran adalah di bidang perikanan. “Mulailah saya pengen jualan ikan karena setiap hari lihat ratusan nelayan,” tuturnya.

Pada 1983, berbekal Rp 750 ribu hasil menjual perhiasan berupa gelang, kalung, serta cincin miliknya, Susi mengikuti jejak banyak wanita Pangandaran yang bekerja sebagai bakul ikan. Tiap pagi pada jam-jam tertentu, dia nimbrung bareng yang lain berkerumun di TPI (tempat pelelangan ikan). “Pada hari pertama, saya hanya dapat 1 kilogram ikan, dibeli sebuah resto kecil kenalan saya,” ungkapnya.

Tak cukup hanya di Pangandaran, Susi mulai berpikir meluaskan pasarnya hingga ke kota-kota besar seperti Jakarta. Dari sekadar menyewa, dia pun lantas membeli truk dengan sistem pendingin es batu dan membawa ikan-ikan segarnya ke Jakarta. “Tiap hari, pukul tiga sore, saya berangkat dari Pangandaran. Sampai di Jakarta tengah malam, lalu balik lagi ke Pangandaran,” ucapnya mengenang pekerjaan rutinnya yang berat pada masa lalu.

Meski sukses dalam bisnis, Susi mengaku gagal dalam hal asmara. Wanita pengagum tokoh Semar dalam dunia pewayangan itu menyatakan sudah tiga kali menikah. Tapi, biduk yang dia arungi bersama tiga suaminya tak sebiru dan seindah Pantai Pangandaran. Semua karam.

Dari suaminya yang terakhirlah, Christian von Strombeck, si Wonder Woman ini mendapat inspirasi untuk mengembangkan bisnis penerbangan. “Dia seorang aviation engineer,” lanjutnya.

Christian merupakan seorang ekspatriat yang pernah bekerja di IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara yang sekarang bernama PT DI, Red). Awal perkenalannya dengan lelaki asal Prancis itu terjadi saat Christian sering bertandang ke Restoran Hilmans milik Susi di Pantai Pangandaran. Berawal dari perkenalan singkat, Christian akhirnya melamar Susi. “Restoran saya memang ramai. Sehari bisa 70-100 tamu,” katanya.

Dengan Christian, Susi mulai berangan-angan memiliki sebuah pesawat dengan tujuan utama mengangkut hasil perikanan ke Jakarta. Satu-satunya jalan, lanjut Susi, adalah dengan membangun landasan di desa-desa nelayan. “Jadi, tangkap ikan hari ini, sorenya sudah bisa dibawa ke Jakarta. Kan cuma sejam,” tegas ibu tiga anak dan satu cucu tersebut.

Berbeda jika harus memakai jalur darat yang bisa memakan waktu hingga sembilan jam. Sesampai di Jakarta, banyak ikan yang mati. Padahal, jika mati, harga jualnya bisa anjlok separuh.

“Kami mulai masukin business plan ke perbankan pada 2000, tapi nggak laku. Diketawain sama orang bank dan dianggap gila. ‘Mau beli pesawat USD 2 juta, bagaimana ikan sama udang bisa bayar,’ katanya,” ujar Susi.

Barulah pada 2004, Bank Mandiri percaya dan memberi pinjaman sebesar USD 4,7 juta (sekitar Rp 47 miliar) untuk membangun landasan, serta membeli dua pesawat Cessna Grand Caravan. Namun, baru sebulan dipakai, terjadi bencana tsunami di Aceh. “Tanggal 27 kami berangkatkan satu pesawat untuk bantu. Itu jadi pesawat pertama yang mendarat di Meulaboh. Tanggal 28 kami masuk satu lagi. Kami bawa beras, mi instan, air dan tenda-tenda,” ungkapnya.

Awalnya, Susi berniat membantu distribusi bahan pokok secara gratis selama dua minggu saja. Tapi, ketika hendak balik, banyak lembaga non-pemerintah yang memintanya tetap berpartisipasi dalam recovery di Aceh. “Mereka mau bayar sewa pesawat kami. Satu setengah tahun kami kerja di sana. Dari situ, Susi Air bisa beli satu pesawat lagi,” jelasnya.

Perkembangan bisnis sewa pesawat miliknya pun terus melangit. Utang dari Bank Mandiri sekitar Rp 47 miliar sekarang tinggal 20 persennya. “Setahun lagi selesai. Tinggal tiga kali cicilan lagi. Dari BRI, sebagian baru mulai cicil. Kalau ditotal, semua (pinjaman dari perbankan) lebih dari Rp 2 triliun. Return of investment (balik modal) kalau di penerbangan bisa 10-15 tahun karena mahal,” katanya.

Susi tak hanya mengepakkan sayap di bisnis pesawat dan menebar jaring di laut. Sekarang, dia pun merambah bisnis perkebunan. Meski begitu, dia mengakui ada banyak rintangan yang harus dilalui. “Perikanan kita sempat hampir rugi karena tsunami di Pagandaran pada 2005. Kami sempat dua tahun nggak ada kerja perikanan,” tuturnya.

Untuk penerbangan rute Jawa seperti Jakarta-Pangandaran, Bandung-Pangandaran dan Jakarta-Cilacap, Susi menyatakan masih merugi. Sebab, terkadang hanya ada 3-4 penumpang. Dengan harga tiket rata-rata Rp 500 ribu, pendapatan itu tidak cukup untuk membeli bahan bakar. “Sebulan rute Jawa bisa rugi Rp 300 juta sampai Rp 400 juta. Tapi, kan tertutupi dari yang luar Jawa. Lagian, itu juga berguna untuk mengangkut perikanan kami,” ujarnya.

Susi memang harus mengutamakan para pembeli ikannya, karena mereka sangat sensitif terhadap kesegaran ikan. Sekali angkut dalam satu pesawat, dia bisa memasukkan 1,1 ton ikan atau lobster segar. Pembelinya dari Hongkong dan Jepang setiap hari menunggu di Jakarta. “Bisnis ikan serta lobster tetap jalan dan bisnis penerbangan akan terus kami kembangkan. Tahun depan kami harap sudah bisa memiliki 60 pesawat,” katanya penuh optimisme.

Semoga Kisah Ibu Susi ini bisa memacu semangat Generasi Muda Negeri ini untuk berani berusaha dan mau bekerja keras ! tidak hanya berharap bisa bekerja sebagai pegawai saja.. tetapi justru bisa menciptakan lapangan kerja baru di tengah sempitnya lapangan kerja saat ini..! Semangat…!!!

Sumber

Suatu hari Seorang Guru berkumpul dengan murid-muridnya. ..
Lalu beliau mengajukan enam pertanyaan.. .

Pertama...
"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab... "orang tua", "guru", "teman", dan "kerabatnya" ...
Sang Guru menjelaskan semua jawaban itu benar... Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "kematian".. . Sebab kematian adalah PASTI adanya.....

Lalu Sang Guru meneruskan pertanyaan kedua...
"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab... "negara Cina", "bulan", "matahari", dan "bintang-bintang" ...
Lalu Sang Guru menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar... Tapi yang paling benar adalah "masa lalu"... Siapa pun kita... bagaimana pun kita...dan betapa kayanya kita... tetap
kita TIDAK bisa kembali ke masa lalu... Sebab itu kita harus menjaga hari ini... dan hari-hari yang akan
datang..

Sang Guru meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga...
"Apa yang paling besar di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab "gunung", "bumi", dan "matahari".. .
Semua jawaban itu benar kata Sang Guru ... Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu"... Banyak manusia menjadi celaka karena memperturutkan hawa nafsunya... Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu... Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu ini... jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka (atau kesengsaraan dunia dan akhirat)...

Pertanyaan keempat adalah...
"Apa yang paling berat di dunia ini...???"
Di antara muridnya ada yang menjawab... "baja", "besi", dan "gajah"...
"Semua jawaban hampir benar...", kata Sang Guru .. tapi yang paling berat adalah "memegang amanah"...

Pertanyaan yang kelima adalah... "Apa yang paling ringan di dunia ini...???"
Ada yang menjawab "kapas", "angin", "debu", dan "daun-daunan" ...
"Semua itu benar...", kata Sang Guru... tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "meninggalkan ibadah"...

Lalu pertanyaan keenam adalah...
"Apakah yang paling tajam di dunia ini...???"
Murid-muridnya menjawab dengan serentak... "PEDANG...!! !"
"(hampir) Benar...", kata Sang Guru tetapi yang paling tajam adalah "lidah manusia"... Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati... dan melukai perasaan saudaranya sendiri...

Sudahkah kita menjadi insan yang selalu ingat akan KEMATIAN...
senantiasa belajar dari MASA LALU...
dan tidak memperturutkan NAFSU...???
Sudahkah kita mampu MENGEMBAN AMANAH sekecil apapun...
dengan tidak MENINGGALKAN IBADAH....
serta senantiasa MENJAGA LIDAH kita...???

Total Pageviews

Hanya sebuah catatan curahan hati si gadis indigo ...

About

Blogger news

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Followers